Oleh : Rizky Arya Lestari
“Banyak orang yang masih
engan untuk membeli sebuah buku. Misalnya Buku seharaga Rp.50.000,- sering
dinyatakan mahal. Sedangkan untuk sebuah Baju seharga Rp.50.000,- dinyatakan
murah. Itulah fenomena masyarakat saat ini.” di ungkapkan oleh Asma Nadia salah
seorang penulis Best Seller Indonesia ini.
“Padahal dengan membaca buku akan menperoleh banyak manfaat dan kaya akan
ilmu. Salah satu contoh saya pernah bertemu dengan ibu-ibu berumur 76 tahun. Beliau
masih sangat terlihat sangat sehat, ketika ia berbicara sangat teratur. Dan ia
memiliki sistematika berpikir sangat baik. Saya pun bertanya Apa rahasia
si nenek tadi? Ternyata resep awet mudanya itu adalah membaca dan menulis.
Sehingga membaca dapat dijadikan salah satu resep awet muda” Terang ibunda dari
Caca dan Adam serta istri dari Isa Alamsyah ini.
Mbak Asma memiliki semangat yang luar biasa dalam menulis. Dalam kurun
waktu 8 tahun beliau telah menulis sebanyak 40 buku, 18 buku antologi, dan supervisi
150-an buku. Lebih dari 1 juta eksemplar bukunya tersebar, suatu angka yang
luar biasa bagi kepenulisan di Indonesia.
Beberapa cerpen, sudah diangkat ke layar kaca dan salah satu cerpen Asma
Nadia yang berjudul “Emak Naik Haji” bahkan diadopsi ke layar lebar, dan
menjadi film nasional yang mampu bertahan dari gempuran film Hollywood. Film
terbarunya yang berjudul “Rumah Tanpa Jendela” akan segera tanyang 24 Februari
2011 nanti. “Jangan lupa Nonton ya. Nanti hasil dari Filmnya akan didonasikan
untuk seluruh anak Indonesia”. Dengan nada tertawa sambil mempromosikan filmnya
kepada kami.
“Ketika menulis kita harus memiliki motivasi yang kuat, karena jika
menulis hanya dijadikan sebagai hobi, maka suatu saat kita akan berhenti
melakukannya sehingga tak akan abadi. ”Ungkapnya penuh semangat terpancar dari
mata yang indah. Kemudian ia melanjutkan pembicarannya “Ini akan berbeda jika
kita termotivasi misalnya agar orang tua bangga terhadap kita. Sedangkan bagi
mbak Asma sendiri menulis merupakan modal berjuang untuk Caca dan Adam di Masa
yang akan datang. Sehingga kita harus memiliki motivasi yang kuat dan
kekal ketika menulis ” terang wanita campuran Cina dan Aceh ini.
Perjuangan seorang Asma Nadia menjadi seorang penulis seperti sekarang
ini tidaklah mudah. Penuh dengan perjuangan. Berawal dari 0. Dulu ayahnya hanya
seorang pedagang sehingga ia tidak memiliki rumah yang tetap. Tinggal dirumah
konntrakan. Setiap bulan ayahanda tercintanya harus mencari uang sewa untuk
rumah petaknya itu. Karena jika ia terlambat membayar rumah kontrakanya, ia dan
keluarga harus segera meninggalkan tempat tinggal satu-satunya tersebut.
Semenjak itu ia memiliki tekad untuk mengakat martabat keluarganya dengan
meraih pretasi di sekolahnya.
Dengan semangat yang kuat prestasi demi prestasi berhasil diraihnya mulai
SD, SMP hingga SMA. Dan ia pun dapat membagakan kedua orang tuanya. Ketika
masuk kuliah ia pun dapat memasuki perguruan tinggi negeri jurusan sastra
sesuai dengan minatnya. “Alhamdullillah” ucapnya penuh syukur dengan mata yang
berkaca-kaca sambil mengingat-ingat masa lalunya.
Kemudian ia menceritakan perjalanan awal kepenulisnya. Ia menyukai dunia
tulis-menulis semenjak SMP karena melihat kakaknya Helvi Tiana Rosa. Saat itu
mbak Helvi sudah berkarya dengan novel-novel remajanya. Dari situ ia dapat
membiayai hidupnya sendiri. Akhirnya mbak Asma pun termotivasi untuk menulis.
Semenjak itu ia belajar menulis dari kakaknya seorang penulis terkenal di
Indonesia.
Perjalan untuk menjadi seorang penulis hingga bisa menjadi seorang Asma
Nadia sekarang ini tidaklah mudah. Pertama kali ia menerbitkan buku diusia 27
tahun. Kegagalan demi kegagalanpun ia terima dengan lapang dada. Perjuangan
untuk menerbitkan sebuah buku selama 13 tahun lebih dilaluinya. Hasilnya ia
dapat merasakannya sekarang. Selain menjadi penulis ia pun pemiliki Asma Nadia
Publishing House, CEO lingkar Pena dan sering menjadi motivator menulis di
berbagai negara. “ini semua berkat kerja keras” Ungkapnya tegas sambil
mengepalkan tangannya penuh semangat.
Kemudian ia meneruskan ceritanya. Menjadi seorang penulis harus sering
membaca. Saat ini banyak orang yang tidak suka membaca. Padahal sebetulnya hal
tersebut bukan tidak suka melainkan mereka belum mengetahui buku bacaan apa
yang mereka sukai. Sehingga mereka masih enggan melakukannya.
“Caca dan Adam memiliki minat baca yang berbeda. Ketika Caca berusia 4
tahun ia sudah bisa membaca dan buku apapun dibacanya. Sangat berbeda dengan
Adam ketika ia disodorkan sebuah buku .Ia lebih sering meilhat
gambar-gambarnya. Sehingga metode pembaiasaan membaca yang diberikan pun
berbeda.” terang ibu yang berusia 40 tahun ini.
“Bacalah dari buku yang disukai sehingga kita akan mudah memahaminya.
Misalnya orang yang suka membaca buku komedi. Bacalah buku komedi. Tidak
menjadi masalah yang terpenting mereka mau membaca. lama-kelamaan mereka akan
terbiasa membaca.” terang pendiri “rumah baca asma nadia” ini.
Mbak Asma pun menceritakan suami yang sangat dicintainya yaitu Isa
Alamsyah. Beliau merupakan penulis buku “NO Excuse”. beliaulah yang selalu
mendukungnya dalam semua aktifitas yang dilakukannya saat ini. “Beruntung
sekali saya memiliki suami seperti beliau. Beliau adalah Suami yang sangat
cerdas, pengertian dan pintar”. Terang ibunda yang telah menikah selama 16
tahun ini.
“Si ayah selalu bilang Bunda itu baru mengeluarkan 10 % dari kemampuan
yang dimiliki. Sehingga harus terus mengasah dan mengali potensi yang belum tereskplore.”
Dengan penuh antusias terpancar dari sinar matanya yang indah. “ beliau
merupakan orang yang selalu produktif. Bahkan ketika tidur ia tetap produktif.
Yaitu sambil mendownload software atau atrtikel. Sehingga beliau pun
menciptakan keluarga yang produktif bagi Saya, Caca dan Adam”. Terang seorang
ibu yang memiliki hobi photografi ini.
Mbak Asma memberikan komentar mengenai majalah Sintaksis. Menurut beliau
majalah telah cukup baik. sehingga harus dipertahankan agar budaya menulis dan
membaca mahasiwa tidak punah. Sambil menutup pembiacaraan.
REPOST
http://rizkyalyalestari.blogspot.co.id/2011/03/modal-juang-seorang-asma-nadia.html
http://rizkyalyalestari.blogspot.co.id/2011/03/modal-juang-seorang-asma-nadia.html
0 comments